Asal Muasal Qurban


Muslimahdaily - Di dalam Al-Quran surat Ash-Shaffaat (37) ayat 99-113 Allah menceritakan tentang Nabi Ibrahim saat ia meninggalkan negeri kaumnya, kemudian ia berdoa kepada Allah untuk diberikan anak yang shaleh. Allah pun mengabulkan doanya dan mengabarkan tentang kedatangan seorang anak yang memiliki sifat penyabar, yaitu Nabi Ismail. Anak pertama dari Nabi Ibrahim dan Siti Sarah setelah mereka menunggu selama 86 tahun lamanya.

Memiliki buah hati merupakan salah satu hal yang diharapkan bagi setiap pasangan yang telah menikah. Tetapi Nabi Ibrahim diberi ujian oleh Allah untuk menunggu selama waktu yang sangat lama untuk mendapatkan Ismail, putranya.

Namun, ujian Nabi Ibrahim ternyata tak berhenti di situ. Setelah Nabi Ismail semakin dewasa, bisa berkelana dan mampu untuk melakukan perjalanan ataupun pekerjaan yang dilakukan ayahnya, sang ayah justru bermimpi dalam tidurnya seakan ia mendapat perintah untuk menyembelih Ismail, anaknya sendiri.

Sebagaimana daisebutkan dari Ibnu Abbas, “Mimpi para Nabi adalah sebuah wahyu.” Maka ini adalah wahyu untuk Nabi Ibrahim yang begitu berat.

Saat itu, Nabi Ibrahim sudah berusia lanjut dan semakin hari semakin tua. Padahal sebelumnya ia juga diperintahkan untuk membawa anaknya itu beserta ibunya ke tempat lain, ke negeri antah berantah, ke sebuah daerah yang tidak berpenghuni dan tidak berkehidupan, juga tidak ada hewan ternaknya.

Tetapi Nabi Ibrahim tetap melakukan perintah Allah, ia meninggalkan anak dan istrinya dengan rasa penuh kepercayaan dan bertawakal kepada-Nya. Sampai akhirnya Allah memberikan rizki-Nya dari jalan yang tidak pernah mereka duga.

Setelah menjalani semua itu, Nabi Ibrahim kemudian diperintahkan untuk menyembelih anaknya, dengan spesifikasi yang sangat jelas, yaitu anak sulungnya dan anak satu-satunya, namun Nabi Ibrahim tetap menerima perintah tersebut, menjalankannya dan bergegas menaatinya.

Sebelumnya, Nabi Ibrahim mendiskusikan hal tersebut pada anaknya terlebih dahulu, agar dapat diterima lebih baik dalam hatinya dan agar lebih mudah juga diterima oleh anaknya. Ia tak mau memaksa sang anak untuk hal tersebut,.

“(Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu.”

Mendengar hal tersebut dari sang ayah, meskipun saat itu Nabi Ismail masih dalam usia yang muda ia langsung mempersilahkan ayahnya untuk melakukan perintah yang diterimanya melalui mimpi itu, ia berkata, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu, Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”

Ini adalah jawaban dari seorang anak yang sangat taat dan patuh kepada orang tuanya dan kepada Tuhannya.

Allah berfirman, “Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pelipisnya (untuk melaksanakan perintah Allah).”

Setelah Nabi Ibrahim berusaha untuk menggerakkan pisaunya di leher Ismail, Allah segera memanggilnya, “Wahai Ibrahim! Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.”

Maksud dari perkataan Allah tersebut adalah bahwa perintah dari Allah sudah tercapai dengan bentuk ketaatan, usaha dan penyegeraan Nabi Ibrahim untuk melakukan perintah-Nya.

“Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.” Yakni perintah itu adalah ujian yang sangat berat bagi Nabi Ibrahim, tak terbantahkan.

Kemudian Allah Kembali berfirman, “Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” Maknanya adalah Allah merasa ridha dengan ketaatan hamba-Nya itu karena telah menjalankan perintah untuk menyembelih anaknya, maka Allah gantikan anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.

Jumhur ulama mengatakan bahwa hewan yang dimaksud adalah seekor domba gemuk yang berwarna putih dengan mata dan tanduk yang besar di Gunung Tsabir, yaitu sebuah gunung di Kota Makkah yang dekat dengan tempat penyembelihan.

Itulah kisah awal mula adanya syariat qurban di dalam Islam, juga menceritakan tentang anak yang shalih dan hamba yang taat pada Tuhannya.

Sumber: Kisah Para Nabi - Imam Inu Katsir